“Semoga kematianku mendjadi berkat untuk bangsaku”

SURAT UNTUK MASJARAKAT MALUKU dan ORGANISASI – ORGANISASI MALUKU
TANGGAL 12-04-2025
SETELAH 60 TAHUN, AKHIRNJA PENGHORMATAN JANG TEPAT UNTUK mr dr. SOUMOKIL

Saudara-saudari jang terhormat,

Jajasan Tugu Soumokil ingin menjampaikan hal berikut kepada saudara-saudari:
Pada tanggal 13 April 1966 njonja Soumokil menulis di buku hariannja:
“Suamiku sudah tidak ada lagi.”
“Kemarin pagi pada pukul tudjuh kurang satu menit dia dieksekusi oleh regu tembak di Pulau Obi.”

Mr. dr Christiaan Soumokil mengungsi ke Seram dengan beberapa ratus pedjuang setelah Soekarno, presiden pertama dari Republik Indonesia, menolak perdjandjian Linggadjati jang menetapkan bahwa Indonesia akan mendjadi negara demokrasi berdasarkan federal: Republik Indonesia Serikat. Soekarno mengirim pasukannja ke pulau Ambon untuk membubarkan Republik Maluku Selatan jang telah diproklamirkan setjara sah pada tanggal 25 April 1950, dimana mr. dr. Christiaan Soumokil mendjadi presiden kedua. Setelah pertempuran jang keras, namun tidak seimbang di pulau Ambon, maka bertahun-tahun hutan di Seram mendjadi lokasi perang gerilja. Disini mr. dr. Christiaan Soumokil menikah Josina Taniwel. Beliau dan keluarganja, suaminja dan para pedjuangnja, pindah semakin djauh ke pegunungan untuk melarikan diri dari tantara Indonesia sampai beliau ditangkap pada tahun 1963. Soumokil dipindahkan ke Djakarta dan setelah persidangan sandiwara didjatuhkan hukuman mati. Hukuman itu dilaksanakan pada tahun 1966. Setelah eksekusinja, beliau datang ke Belanda bersama anak lakinja Thommy dan adik perempuannja Tina. Jang sangat menjedihkan dan membuat sakit hati, beliau jang sampai saät ini berdiam di Assen, masih belum tahu dimana tempat kuburan suaminja sebab pemerintah Indonesia menolak untuk merilis lokasi kuburanja. Bukan hanja drama pribadi tetapi djuga kesedihan umum dari masjarakat Maluku.

TUGU PERINGATAN MR. DR. SOUMOKIL

Pada peringatan 60 tahun eksekusinja, pada tanggal 11 April 2026*, sebuah tugu peringatan akan diresmikan di Vught untuk menghormati dan mengenang mr. dr. Soumokil. Njonja Soumokil telah menjatakan keinginannja jang sungguh-sungguh untuk Vught karena masjarakat Maluku terbesar bertempat disini dari tahun 1951 hingga tahun 1962 dan Lunetten masih menjadi “monumen hidup”.
2

Njonja: “Beta bersjukur suami beta bersama bangsa berani melawan rakjat Indonesia dan beta masih mendukung perdjuangan untuk Republik Maluku Selatan jang bebas.”
Njonja dan putranja Thommy selalu bekerdja untuk persatuan masjarakat Maluku, tanpa memandang agama dan asal usul.

INISIATIF
Inisiatif untuk membuat tugu peringatan ini datang dari tuan Johnny Manuhutu [Massada]: “Beta heran mengapa belum ada tugu peringatan, karna kalau tidak ada mr. dr. Soumokil, tidak ada masjarakat Maluku di Belanda. Djadi apapun latar belakang agama, suku atau politiknja mr. dr. Soumokil adalah tjontoh bagi kita dalam memperdjuangkan hak asasi untuk menentukan nasib sendiri, hak dasar setiap bangsa”.

Tugu peringatan nasional mengungkapkan pentingnja mr. dr. Christiaan Soumokil untuk sedjarah Belanda terkini dan khususnja untuk sedjarah masjarakat Maluku, sebagai Presiden kedua dari Republik Maluku Selatan.


Unsur-unsur seperti kekuatan iman, semangat berdjuang, perlindungan, pengorbanan dan keteguhan berfungsi sebagai referensi.

EDUKASI
Melalui kode QR di tugu peringatan dan publikasi, perhatian akan diberikan pada arti sedjarah dan politik dari mr. dr. Christiaan Soumokil.

PEMBIAJAAN
Untuk membiajai tugu peringatan ini, diperlukan 80.000 euro jang Jajasan Tugu Soumokil mau kumpul melalui pengumpulan dana, subsidi, crowdfunding dan donasi.
Bantuan saudara-saudari amat penting untuk mewudjudkan tugu peringatan jang istimewa dan penting ini.

Semua informasi tentang projek dapat ditemukan di situs web www.tugusoumokil.nl
*Tanggal 12 April 2026 djatuh pada hari Minggu, maka peringatan dan peresmian akan dilaksanakan pada hari Sabtu 11 April 2026


Stichting Tugu Soumokil
KvK :96105410
IBAN :NL97BUNQ2144871922
BIC : BUNQNL2A

Website : www.tugusoumokil.nl
E-mail : info@tugusoumokil.nl

Dengan hormat,
Stichting Tugu Soumokil

Klik hier voor PDF


INTIMIDERENDE SCHERTSVERTONING VAN DE ROOFSTAAT INDONESIË.

DE DIEPGEWORTELDE ANGST VAN GROOTMACHT INDONESIË VOOR DE REPUBLIEK MALUKU SELATAN.

Er is al eerder bekendheid aan gegeven op FB maar toch nog dit stukje.

Gister vond er op de vijfde verdieping van het Santikahotel in Ambonstad  een intimiderende en gedwongen  bijeenkomst plaats als teken van misbruikte macht door Indonesië.

Marionet van de Indonesiche regering kolonel Leo Octavianus en hoge politiefunctionarissen spraken met het tijdelijk dorpshoofd van het dorpje Aboru over het voorkomen van RMS-uitingen aanstaande vrijdag als het  75 jaar geleden is dat de Republiek Maluku Selatan  zijn onafhankelijkheid heeft uitgeroepen.

Aboru staat bekend als voorloper en niet te blussen RMS bolwerk en ieder jaar vinden er  vlaghijsingen plaats die bestraft worden met hoge illegale gevangenisstraffen.

Velen betaalde al een hoge prijs voor de vrijheid van meningsuiting en het consquent op blijven komen voor rechtsgeldige RMS proclamatie op 25 april 1950.

De Kolonel benadrukt tijdens de bespreking de eenheid van Aboru en Indonesië maar vind het dan toch nog nodig op 25 april 210 gezagsdragers naar het dorpje van net aan 2000 inwoners te sturen.

Dat is 1 gezagsdrager op tien inwoners. 

De komende EU top in Den Haag haalt dat nog niet eens.

“Het is voor de veiligheid” is het argument van de kolonel.

 Maar wat voor veiligheid?

Die van Aboru of Indonesië ? 

 En de laatste is het meest waarschijnlijke.

De angst voor de RMS zit er bij de grootmacht Indonesië zo diep in dat er in het verleden regelmatig  een oorlogsschip voor de kust van Aboru lag,maar dat heeft niet geholpen.

Indonesië heeft het spel van verdeel en heers goed geleerd van Nederland,men tracht  het tijdelijk Dorpshoofd van Aboru op te zetten tegen de eigen bevolking en creëren daarmee juist spanningen.

Een in Jakarta bedachte strategie die het maar steeds niet lukt de RMS het zwijgen op te leggen.

De bijeenkomst in het hotel is een zwaktebod wat m.i. voortkomt uit niet aflatende en diepgewortelde angst.

De viering van 75 jaar RMS wordt in Nederland groots gevierd maar op Maluku en zeker in Aboru ook,ondanks alle illegale staatsgevaren.

Als antwoord op de hotel bijeenkomt hebben RMS- ers op Aboru dezelfde dag nog een RMS vlag geplaatst bij de woning van het tijdelijk dorpshoofd.

En legde zij een verklaring af niet geïntimideerd te zijn door het Indonesisch machtsvertoon en op 25 april de RMS vlag te hijsen van de Aborunese wijk Salele tot aan Hatukui.

Van één van de RMS strijders onving in vanochtend dit bericht :

“Saya tidak takut hukum indonesia yang menipu ini bung Jan,  tapi tidak menggentarkan kami untuk tetap merayakan hari proklamasi RMS”

(Ik ben niet bang voor deze misleidende Indonesische wet, bung Jan, het schrikt ons niet af om toch de RMS-proclamatiedag te vieren.)

De RMS strijders zijn vastberaden en onvervaard.

Wilt u uw sympathie betuigen met hen ?

Spreekt u uit in de reactiemogelijkheden en deel het s.v.p.

“Wie bepaald de toekomst van Maluku?’

GOOGLETRANSLATION: 

gurauan menakut-nakutkan OLEH NEGERI ROMPAK INDONESIA.

KETAKUTAN YANG MENDALAM KUASA INDONESIA UNTUK REPUBLIK MALUKU SELATAN.

Ini telah pun diumumkan di FB, tetapi inilah bahagian ini pula.

Semalam, satu perjumpaan yang menakutkan dan terpaksa berlaku di tingkat lima Hotel Santika di Kota Ambon sebagai tanda salah guna kuasa Indonesia.

Boneka kerajaan Indonesia Kolonel Leo Octavianus dan pegawai kanan polis bercakap dengan ketua kampung sementara kampung Aboru tentang menghalang sebarang manifestasi Jumaat depan apabila RMS menyambut ulang tahun kemerdekaannya yang ke-75.

Aboru dikenali sebagai pelopor dan kubu kuat RMS yang tidak dapat dipadamkan dan setiap tahun pengibaran bendera RMS berlaku yang dihukum dengan hukuman penjara tidak sah yang tinggi.

Ramai yang telah membayar harga yang tinggi untuk kebebasan bersuara dan secara konsisten mempertahankan proklamasi RMS yang sah dari segi undang-undang pada 25 April 1950.

Semasa perbincangan, Kolonel menekankan perpaduan Aboru dan Indonesia, tetapi masih mendapati perlu untuk menghantar 210 pihak berkuasa ke perkampungan hanya di bawah 2,000 penduduk pada 25 April.

Itu adalah 1 angka kuasa bagi setiap sepuluh penduduk. 

Sidang kemuncak EU yang akan datang di The Hague tidak akan mencapainya.

“Ia untuk keselamatan,” adalah hujah kolonel.

Tetapi apa jenis keselamatan?

Yang dari Aboru atau Indonesia?

Dan yang terakhir adalah yang paling mungkin

Ketakutan terhadap RMS begitu mendalam dalam kuasa besar Indonesia sehingga pada masa lalu sebuah kapal perang terletak di luar pantai Aboru, tetapi itu tidak membantu.

Indonesia telah mempelajari permainan pecah dan memerintah dengan baik dari Belanda, mereka cuba untuk menetapkan ketua kampung sementara Aboru terhadap penduduknya sendiri dan dengan itu menimbulkan ketegangan.

Tetapi itulah strategi yang dirangka di Jakarta yang gagal menutup mulut RMS.

Pertemuan di hotel adalah tanda kelemahan yang pada pendapat saya, berpunca daripada ketakutan yang tidak henti-henti dan berakar umbi.

Sambutan 75 tahun RMS disambut secara besar-besaran di Belanda, tetapi juga di Maluku dan pastinya di Aboru, walaupun semua ancaman negara menyalahi undang-undang.

Sebagai tindak balas kepada mesyuarat itu, anggota RMS di Aboru meletakkan bendera RMS di rumah ketua kampung sementara pada hari yang sama.

Dan dia membuat kenyataan bahawa dia tidak gentar dengan pertunjukan kekerasan Indonesia dan bahawa pada 25 April dia menaikkan bendera RMS dari daerah Aboruese Salele ke Hatukui.

Saya menerima mesej ini pagi ini daripada salah seorang pejuang RMS:

“Saya tidak takut hukum indonesia yang menipu ini bung Jan, tapi tidak menggentarkan kami untuk tetap merayakan hari proklamasi RMS”

(Saya tidak takut dengan undang-undang Indonesia yang mengelirukan ini, bung Jan, ia tidak menghalang kita daripada meraikan hari pengisytiharan RMS.)

Pejuang RMS berazam dan tidak gentar.

Adakah anda ingin menyatakan simpati anda kepada mereka?

Sila nyatakan pendapat anda dalam komen dan kongsikannya.”Siapa yang menentukan masa depan Maluku?”

Related Post

Geef een reactie

Je e-mailadres wordt niet gepubliceerd. Vereiste velden zijn gemarkeerd met *